Oleh-oleh Membangun Negeri dari Kemenkeu Mengajar 4

Takengon, 4 November 2019.

Bambang Irawan
4 min readJan 4, 2020
Kredit: Tim Dokumentasi KM4 Takengon

Mungkin cerita terbaik dari kegiatan Kemenkeu Mengajar kemarin adalah menyaksikan adik-adik SDN 1 Bebesen itu tetap memiliki cita-cita yang tinggi, di tengah berbagai hambatan mengekang, mereka tetap semangat untuk pergi bersekolah dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya demi bekal mereka berpijak menjunjung impiannya.

Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Beberapa murid mulai berhambur keluar dari kelasnya masing-masing, berkerumun di lapangan depan sekolah. Dengan topi merah terpasang rapi , mereka perlahan membentuk barisan-barisan rapi, berjejer menghadap tiang bendera. Semuanya kompak dan antusias menyambut upacara rutin pada Senin pagi itu. Di sisi lain, sejumlah orang berseragam biru formal sudah mulai menyebar ke beberapa titik di lapangan, keadaan yang cukup membingungkan bagi beberapa anak di lapangan itu. Tentu ada yang berbeda dari upacara bendera kali ini.

Bagi Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Bebesen hari itu, tentu menjadi hari yang berbeda karena di hari Senin itu Kemenkeu Mengajar chapter Takengon, Aceh Tengah resmi membuka acara selepas upacara dan sambutan oleh Kepala Sekolah. Setelah MC memberi komando, tiap-tiap pengajar segera menyebar ke kelas masing-masing yang diampunya.

Kemenkeu Mengajar adalah kegiatan mengajar sukarela yang diinisiasi oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Tujuannya adalah memberikan pemahaman tentang peran Kementerian Keuangan dalam menjaga ekonomi negara, sekaligus mengenalkan nilai-nilai dan semangat di Kementerian Keuangan. Semua hal teknis terkait biaya, akomodasi, lainnya menjadi tanggungan relawan sendiri. Dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Langsa sendiri beberapa pegawai turut memeriahkan kegiatan ini. Rombongan yang paling banyak adalah rombongan Takengon, Aceh Tengah yang bertempat di SDN 1 Bebesen, total ada tujuh pegawai. Rombongan kami berangkat Sabtu pagi dari Langsa dan sampai di Takengon sorenya.

Takengon beruntung menjadi salah satu dari 61 kota dan kabupaten yang terpilih dari total 29 provinsi untuk menyelenggarakan Kemenkeu Mengajar 4 ini. Letak geografis Takengon yang berada di areal pegunungan menjadi anomali tersendiri di Aceh yang notabene kota-kota utamanya seperti Meulaboh, Lhokseumawe, atau Banda Aceh rata-rata berada di pesisir pantai, kalau tidak pesisir Samudera Hindia ya Selat Malaka. Dengan kata lain, panasnya luar biasa bung. Saya biasa membercandakan Aceh dengan sebutan alias serambi Mahsyar, tiap kali matahari mulai bertingkah dengan memosisikan diri tepat di atas kepala saya di tengah hari.

Bagi saya dan teman-teman yang notabene merupakan pegawai kantoran eight to five, acara-acara seperti ini merupakan kegiatan refreshing yang benar-benar dicari di tengah monotonnya kehidupan birokrat ini. Maka dari itu kami mempersiapkan dengan matang trip selama empat hari ini, tidak hanya untuk mengajar, tapi juga menikmati alam Takengon yang juga tersohor di seantero Aceh ini.

Singkat cerita, setelah upacara, kami menuntun adik-adik ke kelasnya masing-masing. Lalu kami pun mengajar dengan materi dan metode yang sudah kami susun bersama partnernya. Saya sendiri kebagian mengajar di kelas empat. Termasuk mudah untuk dikendalikan dibanding teman sekantor saya yang mendapatkan kelas yang chaos di kelas satu.

Selepas bubaran kelas, semua murid kembali berkumpul di lapangan upacara untuk kegiatan penutupan. Setiap murid membawa pesawat kertasnya yang sudah ditulis cita-citanya masing-masing untuk diterbangkan. Setelah momen upacara ditutup oleh murid bersama-sama menerbangkan pesawat kertasnya, pengajar dan panitia pun menyebar untuk bersalam-salaman dengan murid sebagai tanda perpisahan. Isdal, ketua kelas empat yang baru saya ampu, menghampiri saya yang sedang bercengkrama dengan pengajar lainnya. Lalu dia meminta saya membuka ponsel saya, kemudian dia mendikte nomor ponselnya ke saya, dan bilang ini,

“Nanti kalau abang udah sampai rumah, telepon Isdal ya Bang. Jangan lupa”.

Saya yang terenyuh dengan perhatian dan kepolosan ketua kelas itu, langsung mengiyakan. “Isdal hobinya apa?” tanya saya ke dia. “Main bola, Bang.” “Nanti Isdal mampir juga ya ke Langsa, kita main bola bareng.” Dia tertawa, lalu dia berlalu dan kembali bergabung bersama temannya. Tentu saja dia adalah murid favorit saya di kelas itu, karena selain dia ketua kelas yang banyak membantu ketika teman-temannya lagi ribut, dia pun menjadi murid yang paling aktif bertanya dan menanggapi tiap saya dan partner mengajar melempar topik tertentu ke kelas.

Menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri untuk menyaksikan bagaimana adik-adik kecil itu bereaksi heboh tiap bagian dari kami membagikan materi di kelas, menyanyikan yel-yel dengan penuh semangat, dan berteriak penuh gairah mengikuti permainan-permainan yang sudah kami susun semalaman sebelum acara dimulai.

Mungkin kenangan terbaik dari KM4 ini adalah kesempatan untuk menyaksikan adik-adik SDN 1 Bebesen tetap memiliki cita-cita yang setinggi langit. Di tengah keterbatasan dan hambatan yang ada mereka tetap semangat untuk bersekolah dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya, dituntun oleh guru-guru yang sangat luar biasa sabar dalam mengajari mereka perlahan dengan segala kesulitan yang ada. Sebaliknya sebagai pengajar, kami pun menyerap banyak pelajaran dari adik-adik kami di Bebesen, tentang bagaimana caranya untuk tetap teguh memegang cita-cita di tengah pelbagai ujian yang mendera, dan terus berusaha hingga menabrak semua keterbatasan yang mengadang, dan sisanya biarkan Tuhan yang bekerja sembari memeluk cita-cita mereka.

--

--

Bambang Irawan
Bambang Irawan

Written by Bambang Irawan

review music once a year at @suakasuara | taking moments with film camera at birdlane.id | talking nonsense about american football at @4thandshortshow

No responses yet